Dalam dunia manufaktur dan distribusi suku cadang otomotif, manajemen inventaris adalah urat nadi bisnis. Namun, tanpa sistem yang tepat, inventaris bisa menjadi beban yang menghambat pertumbuhan dan efisiensi.
Saya mengalami tantangan ini secara langsung ketika menjabat sebagai Group Controller di sebuah konglomerat manufaktur dan distribusi suku cadang otomotif. Dengan 70 anak perusahaan, entitas asosiasi, dan joint venture yang tersebar di berbagai lini bisnis, mengelola inventaris menjadi tugas yang sangat kompleks.
Dari pabrik yang memproduksi ribuan SKU hingga pusat distribusi nasional yang harus menjaga stok tetap optimal, setiap proses harus berjalan dengan lancar. Namun, kenyataan di lapangan berbeda jauh dari ekspektasi.
Daftar isi:
1. Tantangan: Stock Opname yang Menguras Waktu dan Sumber Daya
2. Solusi: Mengadopsi Teknologi Manajemen Inventaris yang Lebih Canggih
3. Hasil Transformasi: Efisiensi yang Signifikan
4. Kesimpulan: Teknologi Adalah Kunci Manajemen Inventaris yang Efektif
Setiap akhir tahun, stock opname menjadi mimpi buruk bagi tim keuangan dan operasional.
✔️ Data dalam sistem sering tidak mencerminkan kondisi nyata di gudang.
✔️ Proses manual menyebabkan selisih stok yang sulit ditelusuri.
✔️ Beberapa lokasi mengalami overstock, sementara yang lain mengalami kekurangan stok penting.
✔️ Distribusi dan produksi sering kali terganggu akibat inventaris yang tidak tertata dengan baik.
Kami mengalami banyak situasi di mana pabrik atau bengkel kehabisan suku cadang penting, sementara stok berlebih justru menumpuk di lokasi lain. Tanpa visibilitas real-time, perencanaan menjadi tidak akurat, dan biaya operasional membengkak.
Saya sadar bahwa jika kami ingin tetap kompetitif, kami harus bertransformasi. Mengandalkan cara lama tidak akan cukup untuk mendukung skala bisnis yang semakin besar.
Kami mulai merancang transformasi besar-besaran untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi manajemen inventaris. Langkah-langkah yang kami ambil meliputi:
Sebelumnya, tim harus mencatat stok secara manual, yang sering kali menyebabkan kesalahan pencatatan dan kehilangan data. Dengan mobile scanner, setiap SKU dapat dipindai dalam hitungan detik, menghilangkan kesalahan input dan mempercepat proses stock opname.
Sebelum transformasi, pekerja gudang sering kali menghabiskan waktu bolak-balik mencari produk dalam urutan yang tidak efisien. Kami mengoptimalkan jalur pengecekan berdasarkan lokasi barang, sehingga tim bisa bergerak lebih cepat dan efisien, menghemat waktu hingga 50%.
Salah satu masalah utama dalam stock opname manual adalah sulitnya mengidentifikasi kesalahan pencatatan. Dengan sistem recount otomatis, sistem langsung menandai SKU yang memiliki selisih data dan meminta penghitungan ulang secara otomatis, mengurangi kesalahan dan mempercepat penyelesaian audit.
Dulu, kami hanya melakukan stock opname setahun sekali, yang menyebabkan banyak ketidaksesuaian data. Kami mengganti pendekatan ini dengan cycle counting rutin—penghitungan stok mingguan dan bulanan—agar data selalu akurat sepanjang tahun, tanpa perlu menghentikan operasional.
Setelah menerapkan sistem baru, kami melihat perubahan drastis dalam manajemen inventaris:
Kesalahan inventaris berkurang secara signifikan.
Stock opname menjadi lebih cepat dan efisien.
Modal tidak lagi terkunci dalam stok berlebih—cash flow menjadi lebih sehat.
Distribusi lebih responsif terhadap permintaan pasar, mengurangi risiko keterlambatan pengiriman.
Berkat transformasi ini, manajemen inventaris tidak lagi menjadi hambatan bagi bisnis. Sebaliknya, ia menjadi aset strategis yang mendukung pertumbuhan dan daya saing.
Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa tanpa teknologi, manajemen inventaris hanya akan menjadi beban yang menghambat pertumbuhan bisnis.
Jika sebuah konglomerat dengan rantai pasok yang kompleks bisa bertransformasi, maka bisnis lain juga bisa!
Bagi perusahaan yang masih menghadapi tantangan dalam manajemen inventaris, sekaranglah waktunya untuk berinvestasi dalam sistem yang lebih canggih.